Kini genap 2 tahun setelah Gempa dengan kekuatan 7,7 Skala Richter (SR), menguncang Palu, Sigi, Donggala dan Parigi, Sulawesi Tengah, 29 September 2018.
Dampak tsunami, ribuan korban meninggal tercatat kurang lebih 1.948, hilang 843, bahkan ribuan, dan terus bertambah dengan masih banyak korban tertibun akibat liquifaksi dan longsoran di Petobo, Jono Oge dan Balaroa sampai genap 2 tahun sudah pasca gempa, jasad ikut terurai tanah. selain korban meninggal banyak korban selamat harus
loading...
![]() |
Jalan Komodo Pantai Talise |
rela kehilangan tempat tinggal serta harta benda terbawah gelombang tsunami dan likuifaksi.
Proses terjadinya tsunami sore itu begitu cepat, setelah gempa terjadi berselang 10 detik gelombang tsunami datang. awalnya kami tidak menyadari bakal terjadi tsunami, beberapa jam kemudian, tersebar berita tsunami palu, bahkan gempa dan tsunami di Indonesia yang juga disertai dengan likuifaksi.!
Trauma masih dirasaka bagi korban selamat, butuh waktu untuk dapat kembali melupakan peristiwa ini, pasigala kembali bangkit walaupun, tertatih, menyisahkan harapan besar.
Aktifitas perekonomian mulai berjalan pulih, pasar, toko, kantor, dan aktifitas pada umumnya kembali berjalan seperti biasanya, wajah-wajah mulai terlihat bersolek, meninggalkan kenangan seolah berusaha melupakan hari dimana penuh tangis dan kesedihan, relawan kembali, penuh harapan palu segerah pulih,
loading...
banyak juga masih bertahan mendampingi menjadi bagian terpenting saat genting, mereka gigih tampa pamri teriring doa ketulusan hati.Langit abu-abu sore itu, tercium bau lautan, pijak kakiku berdiri tegap, beberapa kali isyarat buat firasatku gelisa berkecamuk tak terlihat, petanda itu kuabaikan, kudengar merdu suara panggilan kewajibanku, kusegerahkan langkah untuk thoharoh , langkahku tak sampai, bagai bayi bertati terhempas jatuh, itulah yang saya rasakan ketika beberapa kali hendak berdiri tegap, namun gempa begitu kuat mengguncang, membuat saya tidak mampu berbuat apa-apa.
Berulang mencoba sampai gengam pertamaku menyentuh tangan nya, kudekap erat, coba kuraih tangan-tangan lain paling kusayang sebisaku, hanya keponakan berumur 8 bulan dapat saya pegang saat itu, sambil mendengar jeritan minta tolong anggota keluarga lain, pokoknya sebisa mungking saya menarik tangan lain, gemuruh dan getaran kucoba pedamkan sebisaku, teriakan, tangisan dalam bisuku hanya terdengar suara nafasku saja meringis bising, dalam pudar warnah langit berganti gelap.
Setelah semua berhasil keluar dari rumah, kami pun segerah berlari ketempat mencari dataran lebih tinggi, derap langkah seperti kusut tak berarah, setapak jalan terlewati langkah cepat, sentuhan tanah, batu terasa menyentuh balutan kulit tapak tak beralas, tanah terlihat mereka seperti kuncup bunga mekar dipagi hari, Terlewati wajah ratap senduh, bibir bergetar-getar ucapan terasa belas kasih Sang pencipta ampunan dan lindunganmu, masih terasah tubuh mungil bayi delapan bulan dalam dekapan eratku, sesekali kutengok, terlihat sorot mata sayup senduh dari wajah kecil nya, dan masih kurasakan tangan ibu sentuhan kasih, langkah kaki tertatih lelah disampingku, sampai kami semakin jauh meningalkan tempatku berpijak di soreh langit abu-abu.
![]() |
Patung Kuda Pantai Talise |
loading...
loading...
Komentar
Posting Komentar